Pascasarjana Newsroom– Hari ini (21/02), Magister (S-2) Pendidikan Agama Islam (PAI) Pascasarjana IAIN Tulungagung menggelar workshop bagi mahasiswa bertajuk “Workshop Penguatan Kapasitas Keilmuan Metodologi Penelitian Tesis Berwawasan Islam Nusantara”. Hadir dalam kegiatan ini Akhyak selaku Direktur Pascasarjana, Agus Zaenul Fitri selaku Kaprodi S-2 PAI, Lailatuzz Zuhriyah selaku Sekretaris Prodi S-2 PAI, Akh. Muzakki dan Mujamil Qomar sebagai narasumber, serta mahasiswa S-2 PAI angkatan tahun 2018 dan 2019.
Kegiatan yang digelar di dua tempat (auditorium lantai 5 dan aula lantai 1 gedung Pascasarjana) ini berjalan dengan lancar. Tak kurang dari 135 mahasiswa S-2 PAI yang antusias mengikuti kegiatan ini. Kegiatan dibuka secara langsung oleh Direktur Pascasarjana IAIN Tulungagung. Dalam sambutannya, Akhyak memberikan apresiasi kepada Prodi S-2 PAI yang senantiasa berinovasi dan berupaya menjaga kualitas prodi. Akhyak berharap kepada seluruh mahasiswa agar mengikuti workshop hingga akhir, mengingat narasumber yang dihadirkan adalah para pakar pendidikan dan kajian Islam Nusantara yang sudah sangat dikenal masyarakat akademik karena produktivitas keilmuannya yang luar biasa. “Saya berharap hasil dari workshop ini nanti, mahasiswa tidak hanya mampu membuat tesis yang berkualitas yang sejalan dengan visi prodi, tetapi juga mampu menulis jurnal yang berkualitas pula sebagai syarat untuk menyelesaikan jenjang magister di Pascasarjana IAIN Tulungagung.
Pada dasarnya, kegiatan ini merupakan bagian dari upaya penataan prodi yang dilakukan oleh pengelola Prodi S-2 PAI. Salah satu upaya penataan prodi tersebut adalah dengan melakukan reorientasi tugas akhir mahasiswa agar sejalan dengan visi prodi. Sebagaimana diketahui bahwa visi Prodi S-2 PAI adalah “Menjadi program magister yang unggul, professional dan inovatif dalam Pendidikan Agama yang berwawasan Islam Nusantara pada tahun 2025”. Melalui visi ini, Prodi S-2 PAI senantiasa mengarahkan setiap langkahnya untuk mengarah pada pencapaian visi tersebut.
Salah satu hal yang menjadi fokus penataan prodi adalah pada reorientasi tugas akhir mahasiswa (tesis). Dalam hal ini, Prodi S-2 PAI melakukan evaluasi diri dan mengamati bahwa tesis mahasiswa lebih cenderung berupa pengulangan-pengulangan judul, dan yang membedakan hanya pada lokus penelitiannya saja. Sementara itu, corak khas Prodi S-2 PAI yang berwawasan Islam Nusantara sangat jarang sekali muncul dalam judul tesis mahasiswa. Untuk itu, salah satu strategi untuk melakukan reorientasi tersebut adalah dengan mengikutsertakan mahasiswa dalam sebuah forum akademik yang dikemas dalam bentuk workshop metodologi penelitian berwawasan Islam Nusantara ini, terang Lailatuzz selaku Sekprodi S-2 PAI.
Agus Zaenul Fitri menerangkan bahwa urgensi penyelenggaraan workshop metodologi penelitian berwawasan Islam nusantara tersebut adalah karena sebagian mahasiswa masih kebingungan dalam memilih judul yang relevan dengan visi prodi tersebut. “Di satu sisi, penguatan perspektif kajian Islam nusantara menjadi suatu keniscayaan bagi mahasiswa prodi s-2 PAI Pascasarjana IAIN Tulungagung guna memberikan warna yang berbeda bagi lulusan s-2 PAI Pascasarjana IAIN Tulungagung dengan s-2 PAI pada PTKI lainnya. Dan di sisi lainnya, tuntutan akreditasi prodi yang mensyaratkan agar segala hal harus senantiasa dikembalikan kepada khittah prodi menjadi hal yang harus dipenuhi oleh prodi”, pungkasnya.
Melalui kegiatan ini, diharapkan seluruh mahasiswa Prodi S-2 PAI mendapatkan manfaat dari kegiatan tersebut untuk meningkatkan kapasitas keilmuan mereka. Tujuan akhirnya, seluruh mahasiswa Prodi S-2 PAI tersebut dapat menyelesaikan studinya dengan baik dan menjadi lulusan yang berkualitas sesuai dengan profil lulusan yang telah ditetapkan oleh prodi. (El-Zet)
Pascasarjana Newsroom – Hari ini (11/12), sejumlah tiga petugas dari Biro Administrasi dan Kesejahteraan Sosial (Biro Kessos) Pemerintah Provinsi Jawa Timur melakukan monitoring dan evaluasi Program Peningkatan Kualifikasi Akademik bagi Guru Madin Provinsi Jawa Timur yang diselengarakan oleh Pascasarjana IAIN Tulungagung. Mereka adalah Nurul Mahmudah, Ahmad Rifa’i, dan Khumaidi. Kedatangan tiga utusan dari Biro Kessos Pemprov Jawa Timur ini disambut hangat oleh jajaran pimpinan Pascasarjana dan Pengelola Beasiswa Madin yang terdiri dari Akhyak (Direktur Pascasarjana), Nur Efendi (Wakil Direktur Pascasarjana), Agus Zaenul Fitri (Kaprodi S2 PAI), Lailatuzz Zuhriyah (Sekprodi S2 PAI), dan Sugiarti (Kasubag TU Pascasarjana).
Kegiatan monev kali ini merupakan monev pertama yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur pasca dilakukannya penandatangan MoU antara Gubernur Jawa Timur dengan Rektor IAIN Tulungagung dan Kuliah Umum bersama Gubernur Jawa Timur yang digelar pada Selasa (24/9) di Gedung Islamic Center Surabaya. Dalam kegiatan monev kali ini, Nurul Mahmudah menyampaikan bahwa kegiatan monev ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana progress penyerapan anggaran dan kegiatan akademik yang telah dilakukan oleh mahasiswa. Tidak hanya itu, monev ini perlu dilakukan dalam rangka melakukan pembinaan kepada PTKI agar kegiatan pelaporan kegiatan dan keuangan sesuai dengan MoU yang telah disepakati bersama. Nurul Mahmudah menambahkan bahwa sampai pada akhir tahun anggaran ini tugas PTKI adalah membuat SPJ Rampung terhitung mulai dari awal menerima dana hibah.
Pascasarjana IAIN Tulungagung menyelenggarakan Kegiatan bernuansa internasional yang diformat dalam sebuah agenda “Exchanging Experiences Practices of Teaching and Learning“ dengan Kampus Universiti Tun Hussein Onn Malaysia, pada Kamis, 24 Oktober 2019, di Aula Pascasarjana, acara tersebut merupakan wahana untuk saling tukar informasi tentang matra akademik, budaya, dan aktivitas kemahasiswaan. Kegiatan ini bertujuan untuk mendukung penguatan suasana akademik mahasiswa, dan sebagai rintisan pertukaran mahasiswa antar kedua negara serta sebagai upaya penguatan model pendidikan yang dapat mengahantarkan mahasiswa magister yang berwawasan global
Kegiatan Exchanging Experiences Practices of Teaching and Learning sendiri merupakan tindak lanjut dari implementasi Kerjasama Internasional antara kedua Perguruan Tinggi, yang telah dirintis oleh Maftukhin, Rektor IAIN Tulungagung. Kegiatan international ini telah lama direncanakan oleh pihak Pascasarjana IAIN Tulungagung, Akhyak selaku direktur Pascasarjana dalam rapat persiapan kegiatan ini mewanti wanti.kepada panitia dalam hal ini adalah Program Studi.Tadris.Bahasa Inggris, harus dilaksanakan secara serius, karena kegiatan ini adalah implementasi dan tindak lanjut dalam kerjasama Internasional, disamping itu kegiatan ini harus lebih bernuansa untuk pengembangan Ilmiah mahasiswa pascasarjana IAIN Tulungagung.
Acara Exchanging Experiences Practices of Teaching and Learning dihadiri 2 Dosen dan 28 Mahasiswa dari Universitas Tun Hussein Onn Malaysia sementara dari IAIN Tulungagung dihadiri 200 mahasiswa Pascasarjana IAIN Tulungagung. Dalam kegiatan tersebut dari pihak Malaysia diwakili oleh Dr. Fadilah Binti Ismail dari UTHM Malaysia menyampaikan makalahnya dengan tema “Students’ Learning Strategy in UTHM Malaysia”, dirinya mengatakan bahwa di Lingkungan UTHM memberlakukan sistem GOT (Graduate on Time) terutama dalam proses pemilihan dosen pembimbing harus sesuai dengan expertise dosen bukan atas dasar personalisasi dosen, juga adanya penguatan pembelajaran berbasis Research. Sementara Dr. Siti Marpuah, (UTHM Malaysia) Menyampaikan makalahnya yang berjudul “Students’ Cultural and Academical Traditions in UTHM Malaysia,” dirinya menekankan bahwa tradisi akademik di UTHM Malaysia sangat menjunjung tinggi kode etik yang berlaku dilingkungan kampus salah satunya dalam hal masuk kuliah, dan parkir untuk dosen dan mahasiswa serta adanya keseriusan mahasiswa untuk selalu merealisasikan kode etik itu dalam kehidupan sehari hari. Selain itu, UTHM juga memberlakukan sistem online dalam proses pembelajaran, hal itu sangat membantu para mahasiswa dalam mengambil mata kuliah yang disajikan. Siti Marfuah berjanji akan selalu siap melakukan kegiatan bersama lagi ke kampus IAIN Tulungagung guna membangun kerjasama yang lebih erat antar kedua kampus tersebut.
Sementara dari pihak Pascasarjana IAIN Tulungagung Dr. Susanto,S.S., M.Pd. sebagai Kaprodi Magister Tadris Bahasa Inggris, menyampaikan makalahnya dengan judul “Students’ Learning Innovation in IAIN Tulungagung”. Susanto menyampaikan bahwa mahasiswa pascasarjana IAIN Tulungagung selalu dipacu pada upaya pencarian model pembelajaran Inovatif kreatif yang dapat menghantarkan mahasiswa berkualitas tinggi dalam sisi akademiknya, dan Dr. Erna Iftanti, S.S.,M.Pd yang juga Dosen Pascasarjana IAIN Tulungagung menyampaikan makalahnya dengan judul “Building Islamic Culture in IAIN Tulungagung”, menegaskan bahwa mahasiswa dikampus Dakwah dan Peradaban ini selalu dibina dan dibimbing untuk memiliki perilaku yang Islami dalam kehidupan kampus maupun di masyarakat global. Acara tersebut di moderatori oleh Nany Soengkono, S.S., M.Pd. dan di tutup dengan saling memberikan Cinderamata, dan foto Bersama. [eNeS]
Pascasarjana Newsroom – Sejumlah enam ratusan peserta memadati auditorium lantai lima Gedung Pascasarjana IAIN Tulungagung pada hari Jumat (11/10) untuk mengikuti Launching dan Bedah Buku yang digelar oleh Pascasarjana IAIN Tulungagung. Tahun ini merupakan tahun paling produktif bagi dosen-dosen IAIN Tulungagung dalam menulis buku maupun jurnal. Tidak kurang dari sembilan buku karya Mujamil Qomar dibedah dalam acara ini. Guru besar bidang Pemikiran Islam IAIN Tulungagung ini melaunching sembilan buku karyanya yang terdiri dari buku berjudul “Studi Islam di Indonesia: Ragam Identitas dan Peta Pemikiran Islam Indonesia”, “Manajemen Pembelajaran Agama Islam”, “Islam Nusantara: Sebuah Model Pemikiran, Pemahaman dan Pengamalan Islam di Indonesia”, “Pendidikan Islam Transformatif”, “Pemikiran Islam Indonesia: Tradisi-Tradisi Kreatif dan Metodologis Intelektual Muslim Indonesia”, “Pengantar Kritik Epistemologi”, “Dinamika Pemikiran Islam Tradisional di Indonesia”, “Pendidikan Islam Prospektif”, dan “Deradikalisasi Keberagamaan Islam di Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri.
Tidak hanya itu, buku karya Kojin pun juga ikut dilaunching dan dibedah dalam acara ini. Ketua Program Studi Bahasa Arab Pascasarjana IAIN Tulungagung ini melaunching empat buku karyanya, yang terdiri dari buku “Telaah Tafsir Al-Muyassar Jilid IV”, “Telaah Tafsir Al-Muyassar Jilid V”, “Telaah Tafsir Al-Muyassar Jilid VI”, dan “Kosa Kata dalam Al-Qur’an”. Sebelumnya, ia telah merampungkan buku Telaah Tafsir Al-Muyassar mulai dari jilid satu sampai dengan tiga. Namun, empat buku itu saja yang dilaunching dalam kegiatan ini.
Kegiatan yang dibuka secara resmi oleh Abd. Aziz, Wakil Rektor Bidang Akademik dan Pengembangan Lembaga ini disambut dengan penuh antusias oleh para peserta. Dalam sambutannya, ia menyampaikan “seiring dengan proses beralihnya status IAIN Tulungagung menjadi UIN Tulungagung, maka peningkatan kualitas SDM menjadi hal yang niscaya. Melalui produksi pengetahuan secara massive oleh para dosen IAIN Tulungagung, menunjukkan bahwa IAIN Tulungagung merupakan kampus yang siap beralih status menjadi UIN Tulungagung yang menahbiskan diri sebagai kampus literasi meski letaknya berada di pelosok desa”.
Hadir dalam kegiatan tersebut pimpinan dan crew dari Penerbit Intrans Publishing Malang yang menerbitkan buku-buku karya Kojin, dan juga PT. Citila Group Malang yang menerbitkan buku-buku karya Mujamil. Selain dari dua penerbit tersebut, beberapa buku karya Mujamil juga diterbitkan oleh penerbit internal IAIN Tulungagung, yakni IAIN Tulungagung Press.Penerbit juga mengadakan pameran dan penjualan buku karya dosen IAIN Tulungagung di ruang sisi timur auditorium Pascasarjana dan memberikan diskon spesial pada hari itu.
Dalam sambutannya, Akhyak selaku Direktur Pascasarjana IAIN Tulungagung memberikan apresiasi terhadap dua orang dosen Pascasarjana yang sangat produktif tersebut, “kalau perlu, beliau-beliau ini kita beri penghargaan sebagai penulis buku terbanyak di IAIN Tulungagung”, tuturnya. Guru Besar bidang Filsafat Pendidikan Islam ini juga tak kalah produktif dalam menulis. Tak kurang dari delapan tulisannya yang telah dipublish di Jurnal Internasional tahun ini. “IAIN Tulungagung saat ini mengalami ledakan literasi, dosen-dosen kita bahkan mahasiswa kita pun juga cukup produktif dalam menulis. Sebagai bentuk support dan apresiasi dari pimpinan adalah dengan memberikan bantuan penerbitan buku, pengurusan Hak Kekayaan Intelektual (HAKI), hingga memberikan mimbar akademik yang formal dalam bentuk Launching dan bedah buku seperti yang saat ini kita laksanakan”, tambahnya.
Acara yang berlangsung mulai jam 13.00 WIB sampai dengan 16.30 WIB ini dipandu oleh Lailatuzz Zuhriyah selaku moderator dan panitia acara. Perempuan yang sehari-hari bekerja sebagai Sekretaris Program Studi Magister Pendidikan Agama Islam Pascasarjana IAIN Tulungagung ini menuturkan “sebenarnya konsep acara ini sangat sederhana, Prodi Magister PAI ingin mengadakan bedah buku rutinan dengan membedah buku dari para dosen yang mengajar di Magister PAI. Namun, keinginan ini kemudian disupport penuh oleh Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama, Abad Badruzaman, dengan mengalokasikan anggaran untuk menyelenggarakan kegiatan dengan skala besar agar lebih banyak peserta yang menerima manfaat, khususnya mahasiswa”, tegasnya. “Untuk itu, Magister PAI kemudian menggandeng Magister PBA untuk bersama-sama menyelenggarakan kegiatan ini, semoga ini akan menjadi agenda rutin yang nantinya akan menumbuhkan semangat ilmiah di kalangan dosen dan mahasiswa”, tambahnya.
Dalam kegiatan bedah buku tersebut, Mujamil membedah salah satu karyanya yang bertajuk “Pemikiran Islam Indonesia: Tradisi-tradisi Kreatif dan Metodologis Intelektual Muslim Indonesia”. Mujamil mengatakan bahwa buku ini membedah tradisi-tradisi kreatif pemikir-pemikir Islam Indonesia yang berlangsung mulai tahun 1980 hingga 2014 yang cenderung berjalan terus hingga menemukan bentuknya yang makin sempurna. “Tradisi kreatif yang dibahas dalam buku ini dibatasi dalam tiga hal: pertama, tradisi kreatif dalam merumuskan konsep ijtihad; kedua, tradisi kreatif dalam mengembangkan ilmu keislaman (dan ini masih dibatasi lagi menjadi tiga bidang pengembangan ilmu Kalam/Teologi, ilmu Fiqh, dan Ilmu Tasawuf); ketiga, tradisi kreatif dalam memadukan Islam dan ilmu pengetahaun”, tuturnya.
Lebih jauh, Mujamil mengatakan bahwa berkaitan dengan konsep ijtihad, Mujamil mengharapkan agar ijtihad yang dilakukan tidak hanya sebatas pada ijtihad yang bersifat syariah, tapi lebih kepada ijtihad yang berkaitan dengan upaya pengembangan ilmu pengetahuan dalam Islam. “Pintu ijtihad haruslah dibuka kembali jika umat Islam tidak ingin mengalami stagnasi, jangan hanya sekedar mempelajari dan melestarikan ilmu pengetahuan yang telah dirintis oleh ilmuan Muslim masa lalu”, tegasnya.
Berkaitan dengan pengembangan ilmu keislaman, ilmu kalam/teologi perlu dikembangkan. Ada beberapa tawaran teologi yang bisa dikembangkan kata Mujamil, seperti: teologi rasional, teologi transformatif, teologi pluralisme, teologi kerukunan, teologi pembaruan, teologi dinamis, teologi sosial, teologi Islam kontemporer, teologi terapan, teologi kaum tertindas, teologi negatif, teologi politik islam, teologi ekonomi, teologi pendidikan, dan teologi pembacaan. Fiqh pun juga demikian, ada beberapa pengembangan fiqih di Indonesia, seperti: Fiqih lintas agama, fiqih lingkungan, fiqih perempuan, fiqih entertainment, fiqih kontekstual, dan beberapa fiqih lainnya. Tasawuf juga didesak untuk terus dikembangkan. Ada sembilan tawaran konsep tasawuf sepanjang yang diamati oleh Mujamil, yaitu: Tasawuf sosial, tasawuf positif, tasawuf perenial, tasawuf perkotaan, tasawuf falsafi, tasawuf irfani, tasawuf kontekstual, tasawuf Jawa, dan tasawuf Muhammadiyah.
Agus Zaenul Fitri sebagai pembanding dari Mujamil mengatakan bahwa sebenarnya riset ini masih bisa dikembangkan lagi dan tidak menutup kemungkinan untuk terus bergerak secara dinamis. “Pemikiran Islam Indoensia antara rentang tahun 1980 sampai dengan 2014 bisa jadi berbeda dengan tahun 2015 hingga saat ini”, tuturnya. Lebih jauh, Agus mengatakan bahwa selama zaman terus bergerak, maka selama itu pula ilmu keislaman juga akan terus mengalami dinamisasi. “Mungkin ke depan kita akan menemukan model teologi baru seperti teologi peradaban, teologi kedokteran, dan pengembangan-pengembangan ilmu lainnya karena menyesuaikan dengan konteks zaman”, imbuhnya.
Dalam bedah buku tersebut, Kojin mengungkapkan bahwa penulisan buku ini dilatarbelakangi ketika ia mengikuti kegiatan short course di Mesir tahun 2009, ia mengunjungi salah satu toko buku dan menanyakan “kira-kira adakah buku yang sekiranya bisa membuat saya bisa dengan cepat dan mudah dalam memahami isi Al-Qur’an?”, tanyanya kepada salah seorang penjual kitab di Mesir. Akhirnya, penjual kitab menunjukkan dua buku, yakni buku Kalimat al-Qur’an karya Hasanain Mahluf dan Tafsir Al-Muyassar karya A’idh Al-Qarni. Dua buku inilah yang memberinya inspirasi untuk menulis dua buku, yakni buku “Kosa Kata dalam Al-Qur’an” dan buku “Telaah Tafsir Al-Muyassar” yang telah diselesaikannya dalam enam jilid.
Kata Kojin, buku telaah Tafsir Al-Muyassar ini dikemas dengan bahasa yang sederhana, ringkas dan jelas sehingga dapat membantu pembaca memahami isi kandungan al-Qur’an dalam waktu yang relatif singkat. “Meski demikian, pembahasannya tetap berpijak pad konten ayat, sehingga tidak keluar dari pembahasan dan mudah untuk difahami”, tegasnya.
Melalui buku “Kosa Kata dalam Al-Qur’an”, Kojin mengatakan bahwa bahasa Al-Qur’an merupakan bahasa yang penuh dengan keindahan. “Tidak sedikit kata-kata dalam Al-Qur’an yang memiliki banyak makna, meski berasal dari kata yang sama”, tuturnya. Dalam buku tersebut, Kojin menjelaskan makna atau sedikit keterangan yang dianggap perlu pada lafazh-lafazh yang bertebaran dalam Al-Qur`an, yang memiliki perbedaan pemaknaan bergantung pada konteks ayat. “Insyaallah buku ini dapat membantu para pemerhati Al-Qur`an dalam memahami dan mengartikan ayat”, tegasnya. Selain itu, Kojin juga menuturkan bahwa ternyata beberapa kata dalam Al-Qur’an memiliki keterkaitan dengan bahasa Jawa. “Ada beberapa kata dalam Al-Qur’an yang ternyata juga ada dalam bahasa Jawa, meski pelafalannya agak berbeda, namun memiliki makna yang sama”, katanya, sembari menunjukkan beberapa contoh kata kepada audiens.
Abad Badruzaman sebagai pembanding dari pemaparan Kojin menuturkan bahwa sebenarnya buku “Telaah Tafsir Al-Muyassar” yang merupakan hasil penelaahan penulis atas Tafsir Al-Muyassar karangan ‘Aidh Al-Qarni ini sangat bagus karena membuat pembaca dengan mudah memahami isi kandungan ayat. Namun, dalam memahami isi kandungan ayat, sangat perlu untuk memberikan penjelasan yang berkaitan dengan asbabun nuzulnya agar pembaca lebih dapat memahami bagaimana konteks ayat tersebut. “Hal ini karena satu lafazh dalam Al-Qur’an memiliki makna lebih dari satu, oleh karena itu, untuk menentukan makna yang akan kita berikan dalam lafazh itu, perlu kiranya kita mengetahui asbabun nuzul ayat agar tidak salah memaknai”, imbuhnya.
Peserta kegiatan begitu antusias dalam mengikuti kegiatan ini, tujuh orang mengajukan pertanyaan kepada narasumber dan pembanding. Kegiatan diakhiri dengan pemberian door proize kepada seluruh penanya dalam sesi tanya jawab. Selain itu, door prize juga disediakan bagi peserta yang beruntung dengan mengundi nomor urut daftar hadirnya. (El-Zet)
Pascasarjana Newsroom- Pagi ini (26/09), Sejumlah 97 mahasiswa Pascasarjana IAIN Tulungagung yang terdiri dari 95 peserta yudisium dari Program Magister dan 2 peserta dari Program Doktor mengikuti yudisium periode kedua semester ganjil tahun akademik 2019/2020. Acara yang digelar di Auditorium lantai lima gedung Pascasarjana tersebut berjalan dengan hikmat. Nampak hadir jajaran pimpinan IAIN Tulungagung dan pengelola pascasarjana, mulai dari Rektor, para Wakil Rektor, Direktur beserta Wakil Direktur Pascasarjana, Kepala Biro AUAK, para Dekan, Kaprodi dan Sekprodi.
Kegiatan yang bertajuk “Menyiapkan Alumni Menjadi Mutiara Penyejuk Keilmuan dan Pengabdian di Tengah-tengah Masyarakat” ini dibuka dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Mars IAIN Tulungagung. Disusul kemudian pembacaan ayat suci al-Qur’an oleh Ainin Nafikah, dan pembacaan SK Yudisium oleh Wakil Direktur Pascasarjana, Nur Efendi.
Dalam SK Yudisium ditetapkan sejumlah 97 mahasiswa telah berhasil menyelesaikan masa studinya. Dua peserta dari Program Doktor Manajemen Pendidikan Islam, satu peserta dari Prodi S2 MPI, dua peserta dari Prodi S2 HES, 17 peserta dari Prodi S2 PGMI, 4 peserta dari Prodi IAT, tujuh belas peserta dari Prodi S2 PAI, satu peserta dari Prodi S2 AFI, dua puluh dua peserta dari S2 ES, dan dua puluh sembilan peserta dari Prodi S2 TBI. Peserta terbaik dari Program Doktor adalah Moh. Arif yang sekaligus sebagai penulis disertasi terbaik untuk Prodi S3 MPI. Sedangkan peserta terbaik dari Program Magister yang sekaligus sebagai lulusan terbaik Pascasarjana adalah Zuraida dari Prodi S2 TBI, dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,88. Zuraida juga menjadi penulis tesis terbaik untuk Prodi S2 TBI.
Direktur Pascasarjana, Akhyak, dalam sambutannya memberikan ucapan selamat kepada seluruh peserta yudisium yang telah menyelesaikan studinya di Pascasarjana IAIN Tulungagung. “Saya berharap kepada seluruh alumni kita agar dapat berkiprah di masyarakat, amalkan ilmu yang telah didapat demi kemajuan bangsa”, tuturnya. Lebih lanjut beliau mengucapkan terima kasih atas kepercayaan dari para peserta yudisium yang telah menempuh studinya di Pascasarjana IAIN Tulungagung.
Maftukhin, Rektor IAIN Tulungagung memberikan sambutan dan pengarahan kepada seluruh peserta yudisium. Guru Besar Filsafat ini mengucapkan selamat kepada seluruh peserta yudiusium dan beliau berharap agar jalinan komunikasi dengan para alumni dapat terjalin dengan baik. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa perlu ada kegiatan temu alumni, kalau perlu kegiatan temu alumni dilaksanakan setiap bulan. Tentu, sebagai bukti bahwa peserta yudisium ini adalah sebagai alumni, masing-masing peserta nantinya akan diberikan kartu alumni.
“Sudah saatnya Pascasarjana mulai melakukan pengembangan dalam model pembelajaran, perkuliahan sudah tidak boleh lagi dilaksanakan di ruang-ruang kelas, tetapi dilakukan di perpustakaan”, tuturnya. “Saat ini, IAIN Tulungagung akan segera memiliki perpustakaan yang sangat layak untuk digunakan perkuliahan dengan model demikian”, imbuhnya.
Lebih lanjut Rektor mengatakan bahwa dalam waktu dekat ini IAIN Tulungagung akan segera beralih status menjadi UIN, “insya Allah tahun 2020, maksimal 2021, IAIN Tulungagung akan segera bertransformasi menjadi UIN, minggu lalu kami sudah presentasi di Jakarta terkait dengan alih status ini”, terangnya. Ia memohon kepada para peserta yudisium agar ikut serta mendoakan agar IAIN segera beralih status menjadi UIN. Di akhir sambutannya, Rektor ingin agar para alumni bisa tetap menjadi anggota perpustakaan dan bisa mengunjungi serta membaca referensi di sana. “Silahkan para alumni untuk datang ke perpustakaan, tapi hanya sekedar membaca saja, tidak boleh meminjam”, tutupnya.
Prosesi yudisium dilaksanakan dengan pemberian SK Yudisium oleh Direktur Pascasarjana didampingi oleh Kaprodi dan Sekprodi yang turut serta memberikan ucapan selamat. Disambung dengan rangkaian acara berikutnya yakni pemberian penghargaan kepada peserta yudisium terbaik, mulai dari terbaik tingkat Prodi, hingga terbaik Pascasarjana. Penghargaan juga diberikan kepada penulis Tesis dan Disertasi terbaik di masing-masing Prodi.
Zuraida, sebagai lulusan terbaik Pascasarjana pada Yudisium kali ini mewakili peserta yudisium lainnya memberikan sambutan. Dalam sambutannya, Zuraida mengucapkan terima kasih dan permohonan maaf kepada jajaran pimpinan di lingkungan IAIN Tulungagung dan segenap pengelola Pascasarjana atas segala didikan dan pelayanan yang diberikan selama kurang lebih dua sampai tiga tahun ini. “Sebagai alumni, kita harus menjaga nama baik almamater kita, dan kelulusan ini bukan berarti akhir dari segalanya, namun ini menjadi langkah awal bagi kita untuk berkarya di luar sana”, tuturnya. Lebih lanjut ia mengatakan “sebagaimana yang disampaikan oleh Rektor tadi, kami segenap alumni mendukung dan mendoakan agar IAIN Tulungagung segera beralih status menjadi UIN Tulungagung”, tutupnya.
Sebagai puncak dari acara Yudisium yakni orasi ilmiah yang disampaikan oleh Achmad Patoni, bertajuk “Menyiapkan Alumni Menjadi Mutiara Penyejuk Keilmuan dan Pengabdian di Tengah-tengah Masyarakat”. Guru Besar Ilmu Sosial IAIN Tulungagung ini menyampaikan tiga hal penting kepada para peserta yudisium. Pertama, para peserta yudisium harus mengamalkan ilmu yang didapat di bangku perkuliahan dan harus bisa menjadi mutiara penyenjuk di masyarakat yang saat ini sudah memasuki era revolusi industri 4.0. Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa kelulusan bukan akhir dari pembelajaran, tapi start awal untuk mengembangkan kelimuan di masyarakat. Kedua, para alumni harus mampu membangun networking yang luas, sehingga lulusan bisa saling berbagi infromasi dalam segala hal. Ketiga, para alumni harus selalu menghormati guru di manapun mereka berada, baik yang masih hidup maupun yang sudah wafat.
Acara yudisium kemudian ditutup dengan pembacaan doa oleh Ahmad Zainal Abidin, Kaprodi ilmu Al-Qur’an dan Tafsir. Dilanjutkan dengan foto bersama dan ramah tamah. (Lia/El-Zet)